Rabu, 22 April 2015

Belajar Membuat Latar Belakang Masalah di PTK



A.    Latar Belakang Masalah
Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research) memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Upaya PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar (learning culture) dikalangan para guru. PTK menawarkan untuk peluang sebagai strategi pengembangan kinerja sebab pendekatan penelitian ini menempatkan guru sebagai peneliti, agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif.
Pemahaman tentang konsep dasar PTK bagi mahasiswa sangatlah penting karena pemahaman PTK yang baik akan sangat membantu mahasiswa untuk cepat memahaminya dan menerapkannya dengan baik. Pemahaman PTK yang baik semestinya akan mempermudah mahasiswa mengerti apa yang telah dipelajarinya.
Pada kenyataannya yang terjadi di kelas 06PPKPA saat ini masih belum begitu memahami tentang bagaimana konsep PTK yang benar. Pada saat dosen menanyakan mengenai penelitian, mahasiswa diajak berfikir terlalu rumit, sehingga mengakibatkan mahasiswa sulit menangkap apa yang dimaksud.
Ada beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab hal tersebut terjadi, diantaranya : (1) Cara dosen menjelaskan terlalu rumit. Pada saat dosen menyampaikan materi, dosen secara tidak langsung mengajak mahasiswa berfikir jauh, tetapi itu tidak menjadikan mahasiswa paham. (2) cara mengajar dosen terlalu serius. Ketika proses belajar mengajar suasana menjadi tegang, sehingga mahasiswa kurang konsentrasi dan kurang aktif dalam belajar. (3) mahasiswa kurang fokus. Kemungkinan bisa terjadi disebabkan oleh mahasiswanya yang kurang kesiapan untuk belajar mata kuliah tersebut. Seingga pada saat dosen mengajar, mahasiswa kurang fokus pada apa yang diajarkan dosen.
Kondisi tersebut apabila terus dibiarkan maka akan menyebabkan mahasiswa lambat memahami mata kuliah PTK, padahal, dalam peraturan Universitas mata kuliah ini merupakan mata kuliah inti untuk mahasiswa dan menjadi syarat mengikuti sidang skripsi/tugas akhir.
Sedangkan pentingnya PTK bagi guru adalah : (1) Membuat guru dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelas, (2) Meningkatkan kinerja guru, (3) Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelas, (4) Dengan melaksanakan PTK, guru dapat segera memikirkan cara memecahkan masalah yang dihadapinya ketika melaksanakan proses pembelajaran, (5) Guru menjadi kreatif.
Alternatif pemecahan masalah diatas yang mungkin dapat dilaksanakan oleh dosen dan mahasiswa adalah dosen mengubah metode mengajar dari ceramah ke metode diskusi. Karena dengan diskusi mahasiswa bisa belajar dari teman-temannya dan mahasiswa bisa belajar mengemukakan pendapat/ide-idenya.
Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian agar dapat mengubah metode mengajar dosen supaya mahasiswa dapat cepat mengerti pada mata kuliah PTK.

B.    Rumusan Masalah
1.     Apa yang menyebabkan mahasiswa kurang memahami mata kuliah PTK?
2.     Bagaimana pengaruh metode mengajar dosen terhadap tingkat pemahaman mahasiswa?
3.     Bagaimana cara meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap materi PTK?
4.     Bagaimana metode mengajar dosen yang dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap materi PTK?

Jumat, 23 Januari 2015

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN PENDIDIKAN

Judul Penelitian
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Jigsaw Terhadap Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Kelas X Semester 1 Di SMAN 1 Jatiwangi Kabupaten Majalengka Tahun 2015
A.     PENDAHULUAN
1.                                                                            Latar Belakang masalah
          Pendidikan memegang peranan penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, sifatnya mutlak  baik dalam kehidupan seseorang, keluarga, bangsa atau Negara. Pendidikan bagi suatu bangsa merupakan suatu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 No. 1, yang berbunyi :
       “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan Negara “.
Pendidikan kewarganegaraan (PKn) sebagai salah satu ilmu dasar disekolah yang mempunyai peranan penting dalam rangka upaya mencetak generasi bangsa yang mempunyai budi pekerti dan kepribadian yang unggul sebagai warga Negara Indonesia. Pkn juga sebagi sarana untuk mengembangkan kecerdasan, kepribadian, watak, sopan santun, sikap toleransi, saling menghargai, dan rasa keperdulian dengan sesama.
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok (Johnson & Johnson, 1993).
Trinandita (dalam Yasa, 2008:1) menyatakan “hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa atau pun  siswa dengan siswa. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas belajar yang timbul dari siswa akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
 Sering kali PKn dianggap sebagai pelajaran yang kuarang penting, bahkan sebagian anak mengacuhkankannya. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran pada sekolah-sekolah masih sangat konfensional yaitu guru merupakan pusat pembelajaran, masih menggunakan metode ceramah saat pembelajaran, ini yang menyebabkan siswa merasa bosan dan jenuh. Akibatnya materi yang diberikan oleh guru kurang maksimal diterima oleh siswa, sehingga siswa kurang paham mengenai materi yang dipelajari pada pelajaran PKn.
Berdasarkan paparan di atas maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Jigsaw Terhadap Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Kelas X Di SMAN 1 Jatiwangi Kabupaten Majalengka”.

2.                                                               Identifikasi Masalah
Dari analisis situasi di atas, maka beberapa hal dapat diidentifikasikan sebagai penyebab dari permasalahan tersebut, antara lain :
a.      Pengaruh model pembelajaran koopertif learning tipe jigsaw pada mata pelajaran PKn Kelas X Semester 1 di SMAN 1 Jatiwangi kabupaten Majalengka tahun 2015
b.      Aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn Kelas X Semester 1 di SMAN 1 Jatiwangi kabupaten Majalengka tahun 2015
c.      Apakah ada peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan kooperatif learning tipe jigsaw pada mata pelajaran PKn Kelas X Semester 1 di SMAN 1 Jatiwangi kabupaten Majalengka tahun 2015?
3.                                                               Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, tenaga dan dana di dalam penelitian ini, maka penenliti membatasi masalah dalam penelitian ini hanya pada :
a.       Pengaruh model pembelajaran koopertif learning tipe jigsaw pada mata pelajaran PKn Kelas X Semester 1 di SMAN 1 Jatiwangi kabupaten Majalengka tahun 2015
b.      Apakah ada peningatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan kooperatif learning tipe jigsaw pada mata pelajaran PKn Kelas X Semester 1 di SMAN 1 Jatiwangi kabupaten Majalengka tahun 2015?
4.                                                               Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimana Pengaruh model pembelajaran koopertif learning tipe jigsaw terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn Kelas X Semester 1 di SMAN 1 Jatiwangi kabupaten Majalengka tahun 2015?
5.                                                               Tujuan Penelitian
Tujuan Umum adalah untuk mengetahui informasi tentang pengaruh kooperatif learning tipe jigsaw terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas X semester 1 di SMAN 1 Jatiwangi Kabupaten Majalengka tahun 2015

Tujuan Khusus :
-        Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas X semester 1 di SMAN 1 Jatiwangi Kabupaten Majalengka tahun 2015.
-        Meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PKn kelas X semester 1 di SMAN 1 Jatiwangi Kabupaten Majalengka tahun 2015.
-        Meningkatkan kualitas pembelajaran PKn kelas X semester 1 di SMAN 1 Jatiwangi Kabupaten Majalengka tahun 2015.
6.                                                               Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Sebagai bahan alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran khususnya PKn melalui pembelajaran Kooperatif Learning tipe jigsaw.
Manfaat Praktis

a.         Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan bagi peneliti dan dapat menerapkan ilmu- ilmu yang di dapat.
b.         Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini akan sangat berguna sebagai bahan masukan untuk sekolah dalam mmeningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
c.         Bagi Siswa
-          Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran PKn sehingga prestasi belajarnya meningkat.
-          Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang diajarkan guru.
-          Meningkatkan motivasinya dalam mengikuti proses belajar mengajar.
d.        Bagi Pendidik
Sebagai masukan guru dalam menindak lanjuti tentang aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn


B.   KAJIAN TEORI/TINJAUAN PUSTAKA
1.      Kajian Teori  (diambil dari variabel penelitian)
a.       Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Jigsaw
-        Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok (Johnson & Johnson, 1993).
Falsafah yang mendasari pembelajaran kooperatif (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu:
1.        Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
2.        Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
3.      Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
-        Model Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Jigsaw
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997).
Model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 1997) :
Kelompok Asal
Kelompok Ahli


b.      Hakikat Aktivitas Belajar Siswa
-        Hakikat Belajar
Menurut Hakim (2005:1) “belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan”.  Ahli lainnya Slameto (2003:13) menyatakan “belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu situasi.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya. Jika di dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
-        Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah aktivitas yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Trinandita (dalam Yasa, 2008:1) menyatakan “hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa atau pun  siswa dengan siswa. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas belajar yang timbul dari siswa akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
Dimyati (dalam Adijaya, 2004:12) menyatakan “aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar”. Siswa memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri prilaku sebagai berikut.
1)      Antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
2)      Interaksi siswa dengan guru.
3)      Interaksi siswa dengan siswa.
4)      Kerjasama kelompok.
5)      Aktivitas belajar siswa dalam diskusi kelompok.
6)      Aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran.
7)      Aktivitas belajar siswa dalam menggunakan alat peraga.
8)      Partisipasi siswa dalam menyimpulkan materi.
Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Keaktifan siswa akan menyebabkan suasana pembelajaran akan lebih hidup karena siswa mau aktif untuk belajar.

c.       Kerangka Berpikir
Pembelajaran kooperatif adaah suatu cara utuk menghasilkan belajar mengajar yang menekankan sikap atau perilaku bekerja sama dan membantu antar sesame dalam proses belajar yang teratur terdiri dari dua orang atau lebih.
Tekhnik mengajar tipe jigsaw merupakan salah satu tekhnik dalam pembeajaran kooperatif yang siswanya belajar dalam satu kelompok yang terdiri dari 4-6 orang dan bekerja sama bertanggung jawab atas materi yang harus dipelajari, kemudian materi tersebut disampaikan kepada kelompok lain dengan cara salah satu anggota kelompok menyampaikan materi yang telah di diskusikan didalam kelompoknya tadi.

d.      Hipotesis Penelitian (kecuali penelitian deskriftif)
Ada jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Karena sifatnya masih sementara karena belum adanya penelitian, maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui data empiric yang terkumpul. Sugiyono ( 2010:305).
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteliti sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka berfikir diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
-          Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran koopertif learning tipe jigsaw terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn Kelas X Semester 1 di SMAN 1 Jatiwangi kabupaten Majalengka tahun 2015.
-          Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran koopertif learning tipe jigsaw terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn Kelas X Semester 1 di SMAN 1 Jatiwangi kabupaten Majalengka tahun 2015.

C.     METODOLOGI PENELITIAN
1.             Tujuan Penelitian (uraikan tujuan operasional dari penelitian yang akan dilakukan mengacu pada tujuan penelitian yang ada di bagian I pada pendahuluan)
-        Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas X semester 1 di SMAN 1 Jatiwangi Kabupaten Majalengka tahun 2015.
-        Meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PKn kelas X semester 1 di SMAN 1 Jatiwangi Kabupaten Majalengka tahun 2015.
-        Meningkatkan kualitas pembelajaran PKn kelas X semester 1 di SMAN 1 Jatiwangi Kabupaten Majalengka tahun 2015.

2.          Waktu dan Tempat Penelitian
-        Waktu Penelitian
Karena keterbatasan waktu dan tenaga, maka waktu penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu ( Januari-Juni 2015)
Tahap 1 : Perencanaan Penelitian (Januari 2015)
-     Proposal
-     Instrumen
-     Observasi
Tahap 2 : Pelaksanaan Penelitian (Februari-Maret 2015)
Tahap 3 : Penulisan Laporan ( April-Juni 2015)
-        Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Jatiwangi yang beralamat di Jalan Raya Timur No.02 Telp./Fax. (0233) 881623/8886064 Jatiwangi 45454 Kabupaten Majalengka. Alasan pemilihan SMAN 1 Jatiwangi sebagai bahan penelitian karena lokasinya terjangkau sehingga memudahkan peneliti dalam memperoleh data.

3.        Metode Penelitian
         Metode penelitian adalah suatu cara sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dalam upaya memecahkan suatu pengetahuan dalam upaya memecahkan suatu permasalahan dengan menggunakan metode ilmiah. Dengan penelitian pekerjaan penelitian lebih terarah, sebab metode penelitian bermaksud memberikan kemudahan dan kejelasan tentang apa dan bagaimana peneliti melakukan penelitian.
         Penelitian ini metode kuantitatif dengan pendekatan analisis korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Kooperatif Learning tipe Jigsaw terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas X semester 1 di SMAN 1 Jatiwangi tahun 2015. Suharsimi ( 2005: 247 )  menyatakan penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel- variabel yang berbeda dalam suatu populasi disebut penelitian correlational. Sifat perbedaan yang utama adalah usaha untuk mengetahui hubungan dan bukan sekedar deskripsi. Disini peneliti juga dapat mengetahui berapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat serta besarnya arah hubungan yang terjadi.

4.                  Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menguji seberapa besar pengaruh model pembelajaran Kooperatif Learning tipe Jigsaw  (X) terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa (Y) pada mata pelajaran PKn kelas X semester 1 di SMAN 1 Jatiwangi-Majalengka
1)      Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian ( Suharsimi 2005 : 85 ). Sedangkan menurut Sugiyono (2008:117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SMAN 1 Jatiwangi-Majalengka.
2)        Sampel
Menurut Sugiyono (2008:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X semester 1  di SMAN 1 Jatiwangi-Majalengka.

5.                  Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengambilan sampel, penulis menggunakan Stratified Random Sampling yakni data hanya di ambil dari kelas X ( kelas X-1 : 30 dan kelas X-2 : 32 ), tanpa di serta kelas XI dan XII.

6.                Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi dalam dua bagian:
1.             Pengumpulan data untuk variabel (X )  Model Pembelajaran Kooperatif Learning tipe Jigsaw
Observasi langsung dengan melihat fenomena yang terjadi dalam proses belajar mengajar pada pelajaran PKn yang digunakan untuk data awal penelitian.
2.             Pengumpulan data untuk variabel ( Y ) aktivitas belajar siswa       
Data hasil belajar siswa kelas X semester 1 diambil dari dokumentasi nilai semester 1 pada guru mata pelajaran PKn di di SMAN 1 Jatiwangi-Majalengka.
7.                  Teknik Analisis Data
          Metode analisis data yang digunakan adalah statistic atau disebut kuantitatif dengan pendekantan deskriptif. Statistic deskriptif merupakan statistic yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan serta mencari pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun model statistic yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:  
a.                                                                                                                                    Uji Normalitas
         Uji normalitas dilakukan dengan uji Lilefors. Tujuan uji normalitas ini adalah untuk memeriksa/mengetahui apakah data populasi berdistribusi normal Agus 2007:275 mengatakan bahwa pedoman dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan Uji Liliefors adalah sebagai berikut : jika Lhitung (Lh )<  Ltabel ( Lt ) maka H0 diterima dan jika Lhitung (Lh)  > Ltabel (Lt) maka H0 ditolak.
b.                                                                                                                                                                                                                            Uji Linier Regresi
         Regresi adalah bentuk hubungan fungsional aantara variabel-variabel. Sedangkan analisis regresi adalah mempelajari bagaimana antar variabel saling berhubungan. Regresi linier adalah regresi yang variabel bebasnya (variabel X) berpangkat paling tinggi satu.
Pengujian kelinearan regresi dilakukan dalam rangka menguji model persamaan regresi suatu variabel Y atau suatu variabel X. Persyaratan uji kelinieran, diperlukn untuk melakukan analisis inferensial dalam uji asosiasi. Uji kelinieran dilakukan untuk menguji hipotesis:
Ho:  melawan H1=

8.                  Hipotesis Statistik
H0      : P = 0
H1      : P > 0


*Takut hilang kalau disimpan di Fd, jadi disini saja simpannya ^_^ :D